Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti besar yang pernah memimpin kekhilafahan Islam pasca al-khulafa’ al-rasyidin. Dinasti ini berkuasa selama 500 tahun atau 5 abad, mulai dari tahun 750 M (132 H) sampai 1258 (656 H). Dalam menjalankan roda pemerintahan, Dinasti Bani Abbasiyah menjadikan kota Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan.
Pembahasan Latihan Soal 1 :
Pada masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Arab-Islam mencapai kemajuan yang sangat gemilang di wilayah Timur. Pusat-pusat pengajaran didirikan, diantaranya Baitul Hikmah (gedung ilmu pengetahuan) sebuah lembaga ilmu pengetahuan yang diantaranya berfungsi untuk ...
Jawaban :
Baitul Hikmah adalah sebuah lembaga ilmu pengetahuan yang didirikan pada masa Dinasti Abbasiyah. Lembaga ini berfungsi sebagai berikut:
- Perpustakaan,
Baitul Hikmah memiliki koleksi buku yang sangat besar, baik yang berasal dari Arab, Persia, India, maupun Yunani. Buku-buku ini disalin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh para ulama dan ilmuwan Muslim.
- Lembaga pendidikan
Baitul Hikmah juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan. Di sini, para pelajar dari berbagai penjuru dunia belajar berbagai ilmu pengetahuan, termasuk ilmu agama, ilmu filsafat, ilmu astronomi, dan ilmu matematika.
- Lembaga penerjemahan.
Baitul Hikmah juga berfungsi sebagai lembaga penerjemahan. Para ulama dan ilmuwan Muslim di sini menerjemahkan buku-buku dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab. Terjemahan-terjemahan ini kemudian menjadi sumber pengetahuan bagi para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mereka.
- Lembaga penelitian.
Baitul Hikmah juga berfungsi sebagai lembaga penelitian. Para ilmuwan Muslim di sini melakukan penelitian di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Penelitian-penelitian ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
Baitul Hikmah telah menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan yang paling penting dalam sejarah Islam. Lembaga ini telah berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan Islam dan dunia.
Berikut adalah beberapa tokoh ilmuwan Muslim yang berkarya di Baitul Hikmah:Al-Khwarizmi (780-850 M)Al-Battani (858-929 M)Al-Biruni (973-1048 M)Ibn Sina (980-1037 M)
Tokoh-tokoh ilmuwan Muslim ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang, termasuk astronomi, matematika, geografi, dan kedokteran.
Salah satu kebijakan penting Daulah Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan yaitu....
Jawaban :
Salah satu kebijakan penting Daulah Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan yaitu menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke bahasa Arab. Kebijakan ini dilakukan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan Islam dengan mentransfer ilmu pengetahuan dari peradaban lain, terutama Yunani dan India.
Kebijakan ini diprakarsai oleh Khalifah Harun al-Rasyid dan Al-Ma'mun. Al-Ma'mun bahkan mendirikan lembaga penerjemahan yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah. Lembaga ini dihuni oleh para ulama dan ilmuwan Muslim yang ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Kebijakan penerjemahan ini telah memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Buku-buku dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti astronomi, matematika, filsafat, dan kedokteran, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Terjemahan-terjemahan ini kemudian menjadi sumber pengetahuan bagi para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mereka.
Berikut adalah beberapa contoh buku yang diterjemahkan pada masa Daulah Abbasiyah:
Almagest karya Ptolemy (Yunani)
Siddhanta karya Aryabhata (India)
Euclides' Elements karya Euclid (Yunani)
Corpus Aristotelicum karya Aristoteles (Yunani)
Kebijakan penerjemahan ini telah membawa dampak yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pesat pada masa Daulah Abbasiyah kemudian menyebar ke Eropa dan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.
Pembahasan Soal 3 :
Pada masa Abbasiyah, ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran aktif Khalifah Harun ar-Rasyid yang diteruskan putranya yang bernama al-Ma'mun, pendiri lembaga ilmu pengetahuan yang dinamakan...
Jawaban :
Lembaga ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah al-Ma'mun adalah Baitul Hikmah. Baitul Hikmah adalah lembaga penerjemahan, penelitian, dan pendidikan yang didirikan pada tahun 832 M di Baghdad, Irak. Lembaga ini didirikan untuk menerjemahkan karya-karya ilmiah dari bahasa Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab. Selain itu, Baitul Hikmah juga menjadi pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta tempat pendidikan para ilmuwan dan cendekiawan.
Baitul Hikmah memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Lembaga ini telah menerjemahkan ribuan karya ilmiah dari berbagai bidang, termasuk matematika, astronomi, kedokteran, filsafat, dan teologi. Terjemahan-terjemahan ini telah menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam di masa selanjutnya.
Selain itu, Baitul Hikmah juga telah menghasilkan banyak ilmuwan dan cendekiawan yang berpengaruh, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. Ilmuwan-ilmuwan ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam, baik di bidang teori maupun praktik.
Keberhasilan Baitul Hikmah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan Islam telah menjadikannya sebagai salah satu lembaga ilmu pengetahuan paling penting dalam sejarah Islam. Lembaga ini telah menjadi simbol dari kebangkitan ilmu pengetahuan Islam pada masa Abbasiyah.
Pembahasan Soal 4 :
Berikut ini adalah tokoh cendikiawan muslim dalam bidang ilmu kalam pada masa Abbasiyah, yaitu ...
Jawaban :
Berikut ini adalah tokoh cendikiawan muslim dalam bidang ilmu kalam pada masa Abbasiyah, yaitu:Abu Hasan al-Asy'ari (873-935 M)
Abu Hasan al-Asy'ari adalah salah satu tokoh ilmu kalam paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Ia lahir di Basra, Irak, pada tahun 873 M. Al-Asy'ari awalnya menganut paham Mu'tazilah, tetapi kemudian berpindah ke paham Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Al-Asy'ari telah menulis banyak karya dalam bidang ilmu kalam, termasuk Maqalat al-Islamiyyin, al-Ibanah, dan al-Luma'. Karya-karyanya ini telah menjadi rujukan bagi para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam bidang ilmu kalam.Abd al-Manshur al-Maturidi (853-944 M)
Abd al-Manshur al-Maturidi adalah salah satu tokoh ilmu kalam yang juga berpengaruh dalam sejarah Islam. Ia lahir di Maturid, Uzbekistan, pada tahun 853 M. Al-Maturidi menganut paham Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan pemikirannya memiliki kesamaan dengan pemikiran Abu Hasan al-Asy'ari.
Al-Maturidi telah menulis banyak karya dalam bidang ilmu kalam, termasuk Tafsir al-Maturidi, al-Aqa'id al-Maturidiyyah, dan al-Tawhid. Karya-karyanya ini telah menjadi rujukan bagi para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam bidang ilmu kalam.
Selain Abu Hasan al-Asy'ari dan Abd al-Manshur al-Maturidi, masih banyak lagi tokoh cendikiawan muslim dalam bidang ilmu kalam pada masa Abbasiyah. Beberapa tokoh lainnya yang terkenal antara lain:
Al-Mu'alla b. al-Muthan'im (824-886 M)
Al-Jahiz (776-869 M)
Al-Qadi Abd al-Jabbar (889-940 M)
Al-Taftazani (1263-1320 M)
Para tokoh cendikiawan muslim ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu kalam di dunia Islam. Pemikiran mereka telah menjadi dasar bagi perkembangan ilmu kalam di masa selanjutnya.
Pembahasan Soal 5 :
Ilmu akhlaq dan tasawuf, yaitu ilmu tentang bagaimana berbuat baik dan menata hati dalam hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia terhadap dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan Tuhannya juga berkembang pesat pada masa Daulat Abbasiyah. Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang tersebut adalah...
Jawaban :
Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang ilmu akhlaq dan tasawuf pada masa Daulat Abbasiyah adalah Al-Ghazali (1058-1111 M). Ia lahir di Thus, Khurasan, Persia, dan wafat di Tus, Khurasan, Persia. Al-Ghazali adalah seorang ulama, sufi, dan filsuf muslim yang sangat berpengaruh.
Al-Ghazali telah menulis banyak karya dalam bidang ilmu akhlaq dan tasawuf, termasuk Ihya Ulum al-Din (Kebangkitan Ilmu-ilmu Agama), Mishkat al-Anwar (Cahaya Cahaya), dan Kimiya-i Saadah (Kimia Kebahagiaan). Karya-karyanya ini telah menjadi rujukan bagi para ulama dan sufi di seluruh dunia Islam.
Al-Ghazali menekankan pentingnya ilmu akhlaq dan tasawuf dalam kehidupan muslim. Ia berpendapat bahwa ilmu akhlaq mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang baik, sedangkan ilmu tasawuf mengajarkan bagaimana mendekatkan diri kepada Allah.
Berikut ini adalah beberapa pemikiran Al-Ghazali dalam bidang ilmu akhlaq dan tasawuf:
Kesucian hati adalah syarat utama untuk mencapai kebahagiaan.
Amal saleh harus didasarkan pada niat yang ikhlas.
Hubungan manusia dengan Allah harus didasarkan pada cinta dan kasih sayang.
Pemikiran Al-Ghazali telah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu akhlaq dan tasawuf di dunia Islam. Pemikirannya masih relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan muslim di masa kini.
Selain Al-Ghazali, masih banyak lagi tokoh cendikiawan muslim yang berpengaruh dalam bidang ilmu akhlaq dan tasawuf pada masa Daulat Abbasiyah.
Beberapa tokoh lainnya yang terkenal antara lain:Junaid al-Baghdadi (830-910 M)Abu Yazid al-Bustami (804-875 M)Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah (1292-1350 M)Imam al-Haddad (1646-1720 M)
Para tokoh cendikiawan muslim ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu akhlaq dan tasawuf di dunia Islam. Pemikiran mereka telah menjadi dasar bagi perkembangan ilmu akhlaq dan tasawuf di masa selanjutnya.